Sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta menjadi sentra bisnis dan perekonomian yang terbesar di Indonesia. Tak heran jika semua orang ingin merasakan bagaimana hidup dan mengadu nasib di Kota Metropolitan yang tidak pernah tidur ini.
Namun, kedatangan transmigran dari berbagai daerah lain tidak membuat Jakarta kehilangan ciri khas dan budayanya, lho! Meski hampir tergerus zaman, Anda masih bisa menyaksikan tradisi dari masyarakat Jakarta ini.
Uniknya, sebelum menuju sang belahan jiwa, wakil dari mempelai pria harus mengalahkan penjaga pintu dari pihak mempelai wanita dengan tarian silat dan adu pantun. Setelah menang, barulah mempelai pria bisa bersanding dengan mempelai wanita dan melangsungkan prosesi sakral ijab kabul.
Sayangnya, cinta dan kehidupan keluarganya tidak berlangsung harmonis, karena Nyai Dasima merasa sang suami merampas kebebasannya sebagai perempuan. Melalui tarian ini, Nyai Dasima menunjukkan perlawanan dan perjuangan untuk meraih kembali kebebasannya.
Nah, itu tadi beberapa tradisi dan budaya khas Jakarta yang masih ada hingga kini, meski zaman telah semakin maju dan modern dengan hadirnya teknologi. Jika Anda ingin menyaksikan sisa budaya Betawi di Jakarta, segera cari hotel di Jakarta Timur untuk tempat menginap. Semua penginapan murah di Jakarta bisa Anda temukan dengan mudah, tentu saja melalui aplikasi Airy.
![]() |
Gambar: kompas.id |
Namun, kedatangan transmigran dari berbagai daerah lain tidak membuat Jakarta kehilangan ciri khas dan budayanya, lho! Meski hampir tergerus zaman, Anda masih bisa menyaksikan tradisi dari masyarakat Jakarta ini.
1. Palang Pintu
Tradisi pertama datang dari pernikahan khas Betawi, yaitu Palang Pintu. Budaya ini menandakan hadirnya sang mempelai pria ke tempat pernikahan, pastinya bertujuan untuk menjumpai sang pujaan hati, mempelai wanita.Uniknya, sebelum menuju sang belahan jiwa, wakil dari mempelai pria harus mengalahkan penjaga pintu dari pihak mempelai wanita dengan tarian silat dan adu pantun. Setelah menang, barulah mempelai pria bisa bersanding dengan mempelai wanita dan melangsungkan prosesi sakral ijab kabul.
2. Roti Buaya
Masih seputar pernikahan khas masyarakat Betawi, pemberian roti buaya masih menjadi tradisi yang dipertahankan hingga kini. Roti buaya ini tidak main-main, bentuknya memang seperti buaya dengan panjang mulai dari 500 sentimeter hingga satu meter. Tidak sembarangan, roti buaya yang diberikan sebagai salah satu seserahan wajib pernikahan adat Betawi ini melambangkan kesetiaan. Meski sering dicap negatif, ternyata buaya adalah hewan yang setia, karena hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya.3. Ondel-Ondel
Sekilas, boneka berukuran super besar ini terlihat begitu menyeramkan, terutama bagi anak-anak. Barongan, begitu sebenarnya boneka yang kini bernama ondel-ondel ini disebut. Selalu dibuat berpasangan, laki-laki dan perempuan, dan berjalan beriringan dengan alunan musik khas Betawi yang tentu saja terdengar sangat ramai di telinga. Kini, ondel-ondel mulai jarang ditemui di ibu kota, hanya di beberapa wilayah saja boneka besar ini masih berkeliling menghibur warga,4. Tanjidor
Kesenian khas Jakarta lainnya adalah alat musik tanjidor. Alat musik ini diperkenalkan oleh Bangsa Portugis, bernama tangedor yang artinya alat musik dengan dawai. Dahulu, alat musik ini dimainkan oleh para budak dengan tujuan untuk menghibur tuan-tuan mereka. Tak heran jika gaya Eropa terasa sangat kental ketika alat musik ini dimainkan. Hingga kini, tanjidor masih sering dimainkan, khususnya pada perayaan adat Betawi.5. Tari Lenggang Nyai
Tidak hanya alat musik, Jakarta juga masih memiliki tarian khas, yaitu Tari Lenggang Nyai. Sebenarnya, tarian ini muncul karena kisah seorang perempuan Betawi bernama Nyai Dasima yang menambatkan hati dan hidupnya kepada seorang pria berkebangsaan Belanda, Edward William.Sayangnya, cinta dan kehidupan keluarganya tidak berlangsung harmonis, karena Nyai Dasima merasa sang suami merampas kebebasannya sebagai perempuan. Melalui tarian ini, Nyai Dasima menunjukkan perlawanan dan perjuangan untuk meraih kembali kebebasannya.
6. Silat
Tak ketinggalan, silat khas Betawi yang disebut juga maen pukulan oleh masyarakat aslinya. Ada banyak sekali aliran silat yang diajarkan oleh guru-guru silat, seperti Seliwa Jurus Tujuh yang diajarkan oleh almarhum Haji Sama’ bin Saleh. Ada pula aliran Silat Beksi yang ditemukan oleh Lie Tjeng Hok. Gerakan-gerakan silat dipertontonkan oleh masyarakat Betawi menggunakan pakaian adat Betawi, lengkap dengan kalungan sarung dan peci.Nah, itu tadi beberapa tradisi dan budaya khas Jakarta yang masih ada hingga kini, meski zaman telah semakin maju dan modern dengan hadirnya teknologi. Jika Anda ingin menyaksikan sisa budaya Betawi di Jakarta, segera cari hotel di Jakarta Timur untuk tempat menginap. Semua penginapan murah di Jakarta bisa Anda temukan dengan mudah, tentu saja melalui aplikasi Airy.
Comments
Post a Comment