Berurusan dengan sales asuransi memang terkadang menyebalkan, apalagi jika memang kita tidak membutuhkan asuransi. Apalagi sepanjang pengalaman saya ditawari asuransi hampir tidak pernah mendapat kesan yang baik.
Dulu, pertama kali ditawari asuransi dari salah satu bank syariah lewat telepon genggam, awalnya dengan nada yang halus. Ditanyai ini itu, ya pokoknya saya tidak tahu kalau orang tersebut ternyata ujung-ujungnya menawari asuransi. Saya berprasangka baik saja, kalau orang bank ini lagi care dengan saya, haha. Kepedean banget kan ya?
Eh tahu-tahu, dia mengenalkan produk asuransi dari banknya. Awalnya saya hanya mendengarkan saja, sampai pada titik orang tersebut memaksa saya untuk berkata "setuju" untuk diikutkan asuransi jiwa tersebut. Menyebalkannya ada satu potong percakapan yang saya dituntun untuk megucap "bismillah" sambil mengiyakan ajakan asuransi tersebut. Lucu saja, kenapa harus bawa-bawa kata "bismillah" saat memaksa orang masuk asuransi. Memang saya tahu mereka ini bank syariah. Tapi tidak serta merta mengucapkan "bismillah" bisa menyihir saya untuk mengikuti maunya sales asuransi ini.
Inilah yang tidak saya suka dari sales asuransi. Mereka kurang sabar dalam menawarkan produknya pada konsumen. Alih-alih mengikuti ajakan tersebut, konsumen malahan kabur karena merasa dipaksa. Iya kalau dipaksa nikah sama gadis cantik yang baik hatinya gak masalah. Ini disuruh ikut asuransi yang tiap bulannya harus bayar. Kan harus mikir-mikir dulu dong, gak bisa langsung iya. Toh juga pasti ada perjanjian panjang yang tidak disebutkan dalam percakapan di telepon genggam tersebut.
Menurut saya menawarkan asuransi lewat telepon genggam sangat tidak etis. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui perjanjian yang lebih lanjut kalau hanya lewat percakapan seperti itu. Apalagi sampai dipaksa untuk deal saat itu juga. Rasanya kok seperti ingin menjebak orang ya. Kalau sudah begini lebih baik tutup telepon dari pada tambah panjang.
Saya mengerti, mereka ingin mendapatkan banyak pelanggan, tapi ya jangan dengan cara seperti itu. Toh juga kalau orangnya memang tertarik dengan asuransi tidak perlu dipaksa ya akan ikut. Kalau tidak tertarik, mau diapain juga tidak akan ikut.
Seorang teman juga pernah bercerita mengenai pengalamannya claim asuransi. Saat itu mendiang ayahnya yang ikut asuransi meninggal. Lalu ahli waris hendak mengklaim asuransi tersebut. Eh ternyata sang ahli waris harus mati dulu baru bisa cair uang asuransi tersebut. Lah masa harus mati dulu gitu? Mungkin dulu ayahnya tidak cermat mengamati perjanjian saat mengikuti asuransi. Atau mungkin ayahnya juga dipaksa saat mengikuti asuransi? Entahlah yang pasti, dalam melakukan transaksi apa pun harus cermat memahami perjanjian. Agar tidak rugi ataupun ketipu.
Dulu, pertama kali ditawari asuransi dari salah satu bank syariah lewat telepon genggam, awalnya dengan nada yang halus. Ditanyai ini itu, ya pokoknya saya tidak tahu kalau orang tersebut ternyata ujung-ujungnya menawari asuransi. Saya berprasangka baik saja, kalau orang bank ini lagi care dengan saya, haha. Kepedean banget kan ya?
Eh tahu-tahu, dia mengenalkan produk asuransi dari banknya. Awalnya saya hanya mendengarkan saja, sampai pada titik orang tersebut memaksa saya untuk berkata "setuju" untuk diikutkan asuransi jiwa tersebut. Menyebalkannya ada satu potong percakapan yang saya dituntun untuk megucap "bismillah" sambil mengiyakan ajakan asuransi tersebut. Lucu saja, kenapa harus bawa-bawa kata "bismillah" saat memaksa orang masuk asuransi. Memang saya tahu mereka ini bank syariah. Tapi tidak serta merta mengucapkan "bismillah" bisa menyihir saya untuk mengikuti maunya sales asuransi ini.
Inilah yang tidak saya suka dari sales asuransi. Mereka kurang sabar dalam menawarkan produknya pada konsumen. Alih-alih mengikuti ajakan tersebut, konsumen malahan kabur karena merasa dipaksa. Iya kalau dipaksa nikah sama gadis cantik yang baik hatinya gak masalah. Ini disuruh ikut asuransi yang tiap bulannya harus bayar. Kan harus mikir-mikir dulu dong, gak bisa langsung iya. Toh juga pasti ada perjanjian panjang yang tidak disebutkan dalam percakapan di telepon genggam tersebut.
Menurut saya menawarkan asuransi lewat telepon genggam sangat tidak etis. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui perjanjian yang lebih lanjut kalau hanya lewat percakapan seperti itu. Apalagi sampai dipaksa untuk deal saat itu juga. Rasanya kok seperti ingin menjebak orang ya. Kalau sudah begini lebih baik tutup telepon dari pada tambah panjang.
Saya mengerti, mereka ingin mendapatkan banyak pelanggan, tapi ya jangan dengan cara seperti itu. Toh juga kalau orangnya memang tertarik dengan asuransi tidak perlu dipaksa ya akan ikut. Kalau tidak tertarik, mau diapain juga tidak akan ikut.
Seorang teman juga pernah bercerita mengenai pengalamannya claim asuransi. Saat itu mendiang ayahnya yang ikut asuransi meninggal. Lalu ahli waris hendak mengklaim asuransi tersebut. Eh ternyata sang ahli waris harus mati dulu baru bisa cair uang asuransi tersebut. Lah masa harus mati dulu gitu? Mungkin dulu ayahnya tidak cermat mengamati perjanjian saat mengikuti asuransi. Atau mungkin ayahnya juga dipaksa saat mengikuti asuransi? Entahlah yang pasti, dalam melakukan transaksi apa pun harus cermat memahami perjanjian. Agar tidak rugi ataupun ketipu.
Comments
Post a Comment